Dolby 3D merupakan teknologi terbaru
untuk integrasi film berformat 3D. Teknologi Dolby 3D menggunakan polarisasi 3
warna yang terlihat dari kacamatanya (merah, hijau, hitam) yang menggunakan
lensa khusus dan tidak perlu menggunakan layar khusus untuk memproyeksikan
gambar dalam film.
Anaglyph
Teknik yang paling awal dan sederhana ini cukup sukses diawal-awal zaman keemasan film 3D. Hanya dengan kaca mata merah-sian (biru muda), sudah dapat memfilter gambar kiri dan kanan pada layar putih di gedung bioskop. Teknik ini juga tidak memerlukan projektor khusus, cukup hanya satu projektor film (celuloid) ataupun Digital Cinema sudah bisa memainkan film 3D. Hal ini dimungkinkan karena materi film
lah yang berformat anaglyph. Disamping kemudahannya, memang ada kekurangannya yaitu warna film menjadi terdistorsi khususnya pada gambar disparity yaitu gambar rangkap 2 yg terpisah krn adanya beda paralax akan berwarna merah dan cyan berdampingan. Warna yg timpang tsb membuat penonton tidak cukup nyaman untuk menonton film panjang, dimana mata kiri selalu melihat dng kaca mata filter merah dan kanan dng kaca mata sian.
Teknik yang paling awal dan sederhana ini cukup sukses diawal-awal zaman keemasan film 3D. Hanya dengan kaca mata merah-sian (biru muda), sudah dapat memfilter gambar kiri dan kanan pada layar putih di gedung bioskop. Teknik ini juga tidak memerlukan projektor khusus, cukup hanya satu projektor film (celuloid) ataupun Digital Cinema sudah bisa memainkan film 3D. Hal ini dimungkinkan karena materi film
lah yang berformat anaglyph. Disamping kemudahannya, memang ada kekurangannya yaitu warna film menjadi terdistorsi khususnya pada gambar disparity yaitu gambar rangkap 2 yg terpisah krn adanya beda paralax akan berwarna merah dan cyan berdampingan. Warna yg timpang tsb membuat penonton tidak cukup nyaman untuk menonton film panjang, dimana mata kiri selalu melihat dng kaca mata filter merah dan kanan dng kaca mata sian.
Polarisazed (polarisasi)
Tenik ini muncul di awal thn 50-an,
dengan prisip bahwa sinar dapat diatur rambatannya dengan sudut kutub tertentu.
Sehingga dua gambar stereoskopis bisa difilter dengan kutub yg berbeda. Umumnya
mata kiri dengan kutub 0 derajat dan kanan 90 derajat (ada juga yg -45 dan 45).
Gambar kiri dan kanan bertumpang tindih pada layar akan disaring dengan
sempurna sesuai sudut kutub pada kacamata yg dikenakan penonton. Teknik
polarisasi ini membuat penonton merasa nyaman krn film disajikan dalam tata
warna penuh. Adegan-adegan film 3D menjadi lebih nyata. Hanya saja teknik ini
merepotkan atau memerlukan biaya tambahan bagi pihak bioskop. Teknik
mengharuskan memakai dua projetor kembar (baik yg Digital Cinema ataupun analog -film celuloid) dan layarnya harus khusus
pula, yaitu silver screen.
Ini dimaksud agar sinar terpolarisasi tsb sampai sempurna ke kacamata penonton.
Repotnya lagi, setelah bioskop dibuat untuk 3D selanjutnya tdak cocok lagi
untuk memutar film biasa (2D), krn layar perak tadi menjadi tidak nyaman.
Biasanya teknik polarisasi ini sering dipakai pada gedung bioskop yg hanya
khusus memutar film 3D saja.
Liquid Crystal Display (LCD)
Shutter
Teknik ini lebih cocok hanya
untuk Digital Cinema. Dan
tidak perlu layar perak atau dua projector selama pemutaran film 3D. Hal ini
memungkinkan karena gambar kiri dan kanan ditampilkan tidak secara bersamaan
spt teknik polarisasi diatas, melainkan bergantian sangat cepat 144
frame/detik. Agar mata kiri hanya menangkap gambar informasi kiri, diperlukan
kacamata LCD shutter yg akan
berkedip bergantian untk memblokir mata kanan dan kiri bergantian sehingga
serempak dng tampilan gambar kiri-kanan di layar bioskop. Hasilnya cukup
menyakinkan, film 3D mampu tampil dng warna penuh seperti halnya teknik
polarisasi. Hambatan dari teknik ini adalah biaya kacamata yg menjadi mahal dan
memerlukan rangkain elektronik yg aktif (memerlukan bettery, kabel sycn atau
freq radio) pada setiap kacamata yg dipakai penonton. Dan kekurangan lainnya yg
sering terjadi, teknik ini tidak handal untuk gedung bioskop dng kapasitas
lebih dari 200 orang. Selain biaya mahal juga tidak bisa menjamin semua kaca
mata tidak kehabisan battery atau kedipannya tidak sinkron dng tampilan gambar
di layar. Yg jelas kaca mata LCD tidak seringan dan semurah anaglyph atau polarisasi di atas.
Source:
No comments:
Post a Comment