Banyaknya pemakaian kertas sangat
mudah dikaitkan dengan aktivitas kantor. Sebagai contoh, kebanyakan dari para
pekerja kantoran seperti kita telah terbiasa langsung membuang kertas yang
salah cetak atau salah print, meski masih menyisakan satu sisi lain yang
kosong. Jika kita sedikit mau berhemat, sisi lain kertas tersebut masih bisa
kita gunakan untuk menyusun konsep kerja, maupun mencoba mencetak beberapa
naskah agar memperoleh hasil cetakan yang maksimal. Selain itu, pada praktek
yang sering terjadi, ada banyak dokumen yang dicetak atau diprint, tetapi pada
kenyataanya dokumen tersebut tidaklah begitu penting untuk dicetak.
Saat
ini ada begitu banyak kampanye tentang go green, salah satunya mengenai
penghematan kertas di lingkungan kantor. Salah satu yang gencar disuarakan
adalah mengenai konsep paperless office. Konsep ini berkaitan dengan tahap
mereduksi penggunaan kertas dalam proses administrasi perkantoran.
Dengan Adanya Paperless, tidak lagi memerlukan kertas
yang banyak baik itu untuk surat, memo, schedule kerja, ataupun catatan kecil.
Paperless merupakan
suatu sistem yang diciptakan untuk menglelola sistem administrasi. Ide
paperless office
mulai mencuat pada akhir tahun 90-an. Filosofinya adalah
menggunakan sesedikit mungkin kertas dan digitalisasi dokumen. Manfaatnya
adalah meningkatkan produktivitas, hemat biaya, efisien tempat dan mengurangi
dampak lingkungan. Konsep Paperless adalah mengurangi pemakaian kertas bukan
meniadakan pemakaian kertas sama sekali. Jadi jangan menerjemahkan
Paperless = “Bebas Kertas”. Karena idealnya adalah hampir tidak
mungkin untuk kantor tidak memakai kertas.
Pada dasarnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan kita berbagai
pilihan kemudahan yang dapat membantu kita menjalankan tugas dan pekerjaan kita
baik itu organisasi profit oriented dan non profit oriented. peluang
dikembangannya komunikasi secara online dan dapat meninggalkan penggunaan
kertas untuk surat menyurat dan dokumen dalam sebuah kantor dengna penerapan
Paperless Office System. Untuk pelaksanaan di organisasi profit (swasta) bukan
sesuatu hal yang sulit untuk memasukkan teknologi informasi ke dalam setiap
kegiatan produksi. hal ini dikarenakan tingginya tingkat persaingan sehingga
masing2 organisasi berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan terbaik yang
efisien dan efektif.
Dalam mengaplikasikan
"Paperless Office System" ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Aspek
SDM (Pengguna). Tahap awal yang perlu dirintis yakni
pada level paling atas, diikuti level lebih bawah dst. Jika dalam organisasi
pada level atas masih sulit, perlu diujicoba pada bagian tertentu yang sudah
familiar dengan TI.
2.
Aspek
Dokumen. Tahap awal dimulai pada jenis dokumen yang tidak
sering didistribusikan, dan dibuat sistem dobel yakni offline dan online, misal
tentang Surat Keputusan, Dokumen Hasil rapat, Dokumen petunjuk pelaksanaan,
Dokumen Job Diskripsi, Portofolio, Statua, dll. Sistem Online akan secara penuh
diberlakukan setelah dipastikan setiap individu pada level tertentu sudah dapat
membuka dan membaca dokumen online.
3.
Aspek
Sistem Aplikasi. Dokumen online disimpan dalam aplikasi
yang terproteksi dan berjenjang hak aksesnya. Tentang aplikasi menitik beratkan
pada keamanan data dan kemudahan pemakaian.
4.
Aspek
Sosialisasi. Individu yang memiliki hak akses
tertentu dilatih untuk mengakses sistem agar dapat melakukan berbagai aktifitas
sesuai fasilitas dalam sistem. Perubahan kebiasaan perilaku perlu diwujudkan
untuk disesuaikan dengan Paperless Office System, dengan memperkenalkan sistem
yang akan dipakai.
5.
Aspek
Sarana Pendukungan. Ketersediaan sarana yang diperlukan
untuk mewujudkan Paperless Office System perlu disediakan secukupnya, antara
lain, tidak terbatas pada : Kebijakan, Hardware, Infrastruktur Jaringan, SDM
tenaga bantu, Dana, dan Forum komunikasi, dll.
6.
Aspek
Komunikasi. Hal ini memerlukan seorang visioner untuk dapat
menjelaskan kenapa Paperless Office System diberlakukan. Pembicaraan diawal
sebelum Paperless Office System diluncurkan perlu adanya forum untuk penyampaian
dan mewujudkan persaman persepsi dan tujuan.
Banyak keuntungan yang
bisa dipetik dari penggunaan paperless office ini, antara lain adalah :
1. Informasi – informasi dapat tersampaikan dengan lebih
cepat
2. Tidak membutuhkan banyak kertas, tinta dan waktu untuk
menyampaikan berita/informasi
3. Mengurangi hierarchi yang harus dilalui
4. Menunjang terlaksananya transparansi dan akuntabilitas
5. Menumbuhkan kreativitas, dan jiwa inovatif dari PNS
6. Mengurangi tumpukan berkas di kantor sehingga menciptakan
suasana kantor yang lebih bersih
dan luas.
7. Hemat Anggaran
8. Efisien waktu
9.
Manajemen Dokumentasi lebih baik.
10.
Kenyamanan kerja lebih baik.
11.
Mendukung terjadinya keputusan yang
lebih baik.
12.
Manajemen lebih terkendali.
13. Membaiknya citra organisasi
Namun pada realisasinya, penerapan konsep paperless office ini tidaklah mudah
untuk bisa dilakukan. Banyak kendala yang dihadapi utamanya dalam merintis
penggunaannya dalam suatu organisasi Pemerintah. Beberapa kendala tersebut
antara lain :
1. Kurangnya SDM pengelola teknologi informatika.
Terbatasnya jumlah SDM yang bisa
mengelola TI karena recruitment belum diarahkan pada penggunaan TI secara
global.
2. Recruitment pegawai yang kurang professional
Masih terjadi recruitment pegawai
yang kurang professional seperti halnya recruitment dari honorer tanpa melalui
test sebagaimana test yang diberlakukan pada recruitment pegawai dari umum.
Kita ketahui bersama bahwa sebagian dari honorer tersebut berangkat dari bawaan
para pejabat yang kualitasnya tidak semua bisa dipertanggungjawabkan. Oleh
karenanya kurang profesionalnya recruitment tersebut mengakibatkan kemampuan
yang kurang dalam mempergunakan teknologi informatika.
3. Kurangnya wacana Pegawai terhadap teknologi informatika
Selama ini, sosialisasi terhadap
penggunaan teknologi informatika masih sangat kurang. Implikasinya, masih
banyak Pegawai yang kurang paham terhadap manfaat dan penggunaan teknologi
informatika tersebut. Hal tersebut menyebabkan kurangnya kesadaran Pegawai
dalam memanfaatkan informasi dalam setiap tahap dan setiap proses kerja.
4. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung
Dana yang kurang mengakibatkan
penyediaan sarana dan prasarana pendukung diterapkannya teknologi informatika
menjadi berjalan alot.
5. Budaya kerja yang belum siap menerima perubahan
Budaya dan perilaku kerja yang ada
belum bisa menerima perubahan sehingga penerapan TI menjadi lambat. Salah satu
penyebabnya adalah bahwa PNS sudah merasa nyaman terhadap kondisi yang ada
bahkan sebagian dari mereka merasa khawatir dengan perubahan yang nantinya bisa
berdampak negative terhadap karir mereka.
6. Kurangnya komitment dari para pimpinan (Kepala Daerah, Kepala Instansi)
Komitment pimpinan dengan integritas tinggi dan progresif memegang peranan penting dalam menumbuhkan semangat dan kesadaran dalam mempergunakan teknologi informatika dalam proses kerja. Karena melalui komitmen yang kuat, seorang pimpinan bisa merekomendasikan penggunaan teknologi informatika dalam organisasi yang dipimpinnya.
7. Kurangnya control dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah
Salah satu bentuk pengawasan terhadap kinerja pemerintah adalah adanya aduan dari masyarakat. Selama ini masyarakat cenderung malas untuk memberikan masukan terhadap pemerintah.
No comments:
Post a Comment